Apa itu Sindrom Metabolik
Sindrom metabolik bukanlah satu penyakit tunggal, melainkan kumpulan kondisi kesehatan yang sering datang bersamaan. Biasanya terlihat dari perut buncit, tekanan darah tinggi, kadar gula darah yang sering naik, hingga kolesterol yang tidak seimbang. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa berkembang menjadi penyakit serius seperti jantung, stroke, atau diabetes.
Apa yang Terjadi di Dalam Tubuh?
Masalah utama sindrom metabolik berawal dari resistensi insulin, yaitu ketika tubuh tidak lagi mampu menggunakan insulin dengan efektif. Normalnya, insulin berfungsi seperti kunci yang membuka pintu sel agar gula dari darah bisa masuk. Kalau kunci ini tidak bekerja dengan baik, gula akan menumpuk dalam darah. Akibatnya:
- Lemak menimbun di area perut
- Tekanan darah meningkat
- Kadar lemak darah menjadi tidak normal
Fakta Penting
- Prevalensi global: 20–25% orang dewasa di seluruh dunia mengalaminya
- Indonesia: jumlahnya terus meningkat seiring perubahan gaya hidup
- Risiko: penderita sindrom metabolik berisiko 2 kali lebih besar terkena penyakit jantung dan 5 kali lebih tinggi terkena diabetes
Bagaimana Cara Mendiagnosisnya?
Seseorang dikatakan memiliki sindrom metabolik jika memenuhi minimal 3 dari 5 kriteria berikut:
- Perut buncit
- Lingkar pinggang >90 cm (pria Asia)
- Lingkar pinggang >80 cm (wanita Asia)
- Tekanan darah tinggi
- ≥130/85 mmHg atau sedang minum obat hipertensi
- Gula darah tinggi
- Gula darah puasa ≥100 mg/dL atau menggunakan obat diabetes
- Trigliserida tinggi
- ≥150 mg/dL atau menggunakan obat penurun lipid
- Kolesterol HDL rendah
- <40 mg/dL (pria) atau <50 mg/dL (wanita)
Faktor Risiko
Ada faktor yang tidak bisa kita ubah, seperti usia, riwayat keluarga, atau faktor genetik. Namun ada juga yang bisa kita kendalikan, antara lain:
- Kelebihan berat badan, khususnya di perut
- Pola makan tinggi gula dan lemak jenuh
- Kurang aktivitas fisik
- Merokok dan konsumsi alkohol
- Stres berkepanjangan
- Kurang tidur (kurang dari 6 jam per hari)
Komplikasi yang Mungkin Terjadi
Jika tidak ditangani, sindrom metabolik bisa menimbulkan masalah jangka pendek maupun jangka panjang.
- Jangka pendek: tubuh mudah lelah, gula darah mulai tidak stabil, tekanan darah sulit dikontrol
- Jangka panjang: risiko penyakit jantung koroner, stroke, diabetes tipe 2, gagal ginjal kronis, fatty liver, sleep apnea, hingga demensia vaskular
Bagaimana Cara Mengatasinya?
1. Perubahan gaya hidup
- Menurunkan berat badan: cukup 5–10% dari berat badan awal sudah memberi efek besar
- Aktivitas fisik: olahraga ringan–sedang 30 menit per hari, 5 kali seminggu (jalan cepat, bersepeda, berenang)
- Pola makan sehat: kurangi gula dan makanan olahan, perbanyak sayur, buah, serta lemak sehat dari ikan, alpukat, atau kacang-kacangan
2. Bantuan medis
Dokter dapat meresepkan obat untuk mengontrol tekanan darah, gula darah, atau kolesterol, serta terapi penurun berat badan jika diperlukan.
Pencegahan Sindrom metabolik
Pencegahan sindrom metabolik umumnya berfokus pada menjaga berat badan, rutin berolahraga, serta pola makan sehat. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa setiap orang punya respons berbeda terhadap makanan, dipengaruhi oleh faktor genetik.
Di sinilah peran tes nutrigenomik (NutriDNA) menjadi penting. Tes ini membantu memahami bagaimana gen kita memengaruhi cara tubuh mengolah vitamin, lemak, protein, dan karbohidrat. Dengan hasil NutriDNA, diet bisa dibuat lebih personal dan efektif untuk mencegah sindrom metabolik.
Manfaat Personal Nutrition
Menggabungkan hasil NutriDNA ke dalam penanganan sindrom metabolik bisa memberi manfaat seperti:
- Rekomendasi makanan yang lebih tepat (misalnya sumber serat yang sesuai, jenis lemak sehat, atau suplemen yang benar-benar dibutuhkan)
- Perhitungan kebutuhan kalori dan makronutrisi yang spesifik untuk tiap individu
- Pencegahan komplikasi melalui pengendalian berat badan, tekanan darah, gula darah, dan profil lipid yang lebih optimal
Tes NutriDNA bukan pengganti nasihat dokter, tetapi menjadi tambahan panduan yang membuat pola makan lebih personal dan tepat sasaran.
Pentingnya Pemeriksaan Berkala
Selain menjaga pola makan, pemeriksaan Medical Check Up rutin sangat membantu mendeteksi risiko sejak dini.
- Setiap 3–6 bulan: cek tekanan darah, lingkar pinggang, berat badan, dan BMI
- Pemeriksaan laboratorium: gula darah puasa & 2 jam setelah makan, HbA1c, profil lipid lengkap, fungsi hati, serta kadar asam urat
Sindrom metabolik adalah kondisi kompleks yang memerlukan perubahan gaya hidup menyeluruh. Diet sehat, olahraga, dan menjaga berat badan tetap penting, namun pendekatan personal melalui nutrigenomik seperti NutriDNA dapat membuat pencegahan dan pengendalian menjadi lebih efektif.
Untuk mendapatkan gambaran lengkap, lakukan Medical Check Up (MCU) sejak dini, lalu kombinasikan dengan pemeriksaan NutriDNA di Laboratorium Diagnos. Dengan begitu, dokter bisa memberi rekomendasi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan tubuh Anda.
Jika Anda tertarik untuk melakukan pemeriksaan MCU dan NutriDNA di Laboratorium Diagnos, Anda dapat menghubungi Call Center Diagnos di 1500-358 atau di Whatsapp Call Center di 08551500358
BACA JUGA : Defisiensi Nutrisi dan Dampaknya Terhadap Kualitas Hidup
Referensi :
- International Diabetes Federation (IDF). (2023). The IDF consensus worldwide definition of the metabolic syndrome. Diakses September 2025. https://idf.org
- Alberti, K. G. M. M., Zimmet, P., & Shaw, J. (2006). Metabolic syndrome—a new world-wide definition. The Lancet, 366(9491), 1059–1062. Diakses September 2025. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(05)67402-8